@PartaiSocmed:
Jika diterapkan seperti usulan kami dulu (harga BBM benar2 fluktuatif ikut
mekanisme pasar) memang bagus utk tekan inflasi @edhiepra1
Tapi yg terjadi
sekarang kan tdk demikian. Bilangnya ikut harga minyak dunia tapi diumumkan
secara berkala. @edhiepra1
Nah, justru faktor
"pengumuman pemerintah" inilah yg memicu inflasi. @edhiepra1
Orang Indonesia
itu paling enak dikibuli dgn istilah2 populis seperti "subsidi" itu.
Seolah2 merasa terbantu dgn cap subsidi
Kita merasa puas
mendapat barang dgn cap subsidi meskipun harganya lebih mahal
Seperti puasnya
kita berhasil membeli barang yg ditawarkan 100 ribu dgn harga 50 ribu. Padahal
harga sesungguhnya cuma 10 ribu
Seharusnya poinnya
bukan disitu. Poinnya adalah bagaimana masyarakat mendapatkan harga termurah.
Bukan bersubsidi tapi mahal
Itu sebabnya
concern kami lebih pada hak yg adil bagi rakyat untuk mendapat harga termurah.
Bukan sekedar cap subsidi atau tidak
Jadi kritik kami
pada pemerintah adalah pada tidak tidak diberinya kesempatan yg adil bagi
rakyat untuk memperoleh harga termurah
Kami lebih
mendukung persaingan bebas yg menguntungkan konsumen, dibanding ilusi subsidi
yg ujung2nya rakyat tetap harus bayar mahal itu
Agar mudah
dipahami kami akan pakai contoh harga SIM card saat awal2 munculnya HP dulu
Dulu kartu perdana
hanya dimonopoli oleh Mentari dan Simpati. Mau tahu berapa harga SIM card saat
itu? Bisa jutaan rupiah!
Namun begitu
banyak operator lain yg main disana. Akibat persaingan usaha, maka harga kartu
perdana pun merosot secara drastis
Yang dulunya harga
kartu perdana bisa jutaan rupiah, sekarang kita bisa beli seharga ongkos parkir
saja.
Inilah benefit yg
nyata2 dirasakan konsumen akibat persaingan usaha yg sehat. Konsumen jadi raja
yg berhak memilih harga yg paling murah
Bukan ranahnya
konsumen memikirkan nasib produsen. Produsen silakan berlomba lakukan efisiensi
atau terima konsekwensi ditinggal konsumen
Nah! Inilah yg
kami kritik dari kebijakan pemerintah terkait BBM sekarang. Jadi bukan
pencabutan subsidinya.
Sebab apalah
artinya cap subsidi jika kocek yg harus dikeluarkan rakyat tetap lebih banyak
akibat inefisiensi di tubuh pertamina?
Kritik kami lebih
fokus pada keengganan pertamina bersaing secara sehat dgn SPBU lain. Dan
proteksi pemerintah pada inefisiensi pertamina
Akibatnya, harga
BBM yg ditetapkan sekarang ini bukanlah harga pasar tapi "harga
pertamina". Ini sangat merugikan rakyat!
Jika saja
pemerintah membebaskan persaingan sehat di kelas premium ini, maka ceritanya
akan jauh berbeda
Ingat, saat kartu
perdana harganya jutaan dulu operator punya seribu satu alasan yg terlihat
masuk akal. Begitu juga dgn pertamina saat ini
Namun begitu
persaingan menjadi sengit, toh operator seluler itu bisa menurunkan harga kartu
perdananya. Coba jika tidak ada persaingan?
Jadi kebijakan
pemerintah memproteksi pertamina dgn menghalang2i persaingan sehat dgn SPBU
lain adalah kebijakan yg TIDAK PRO RAKYAT
Jika penerintah
memang benar2 pro rakyat, maka tidak akan ada peraturan batas bawah utk harga
premium
Jika pemerintah
memang benar2 pro rakyat maka biarkanlah rakyat jadi raja. Biarkan semua SPBU
berlomba2 memberi harga termurah pd rakyat
Tapi tahukah
alasan dibalik kebijakan yg melindungi inefisiensi di pertamina itu? Sederhana,
karena BUMN adalah sapi perah parpol
Jadi ada lingkaran
setan: Penguasa kasih proteksi ke pertamina >> pertamina ucapkan
terimakasih pada penguasa >> rakyat yg harus membayar
Sebagai konsumen,
bukan ranah rakyat untuk memikirkan nasib pertamina. Pertamina adalah BUMN, yg
mereka pikirkan hanyalah profit.
Concern rakyat
sebagai konsumen yg cerdas harusnya adalah mendapatkan harga yg
semurah-murahnya. Bukan subsidi atau tidak.
Dan jika Pertamina
mengaku sudah efisien, lantas mengapa takut bersaing?
Sekian ngomel2
menjelang makan siang. Semoga mencerdaskan. Terimakasih.
Klik dan Follow @PartaiSocmed

11